WA 0813-8792-7402 | Enzyme Linked Fluorescent Assay (ELFA) dan Prinsipnya
Diagnosis penyakit menular saat ini telah banyak dibantu oleh pengembangan sistem uji yang dapat secara langsung mendeteksi antigen virus dalam spesimen klinis. Uji yang paling terkenal adalah Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA), ELISA dikenal sebagai deteksi yang efektif untuk uji serologi karena memiliki hasil yang akurat juga cukup praktis dalam pelaksanaannya, namun ternyata selain ELISA ada pula uji yang hamipr serupa namun memiliki hasil pendeteksian yang lebih akurat yaitu ELFA.
Enzyme Linked Fluorescent Assay (ELFA) adalah salah satu modifikasi pengembangan pemeriksaan serologi dari Enzym-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Prinsip pengerjaan ELFA sebenarnya sama dengan ELISA yaitu mendeteksi keberadaan antibodi dari sampel menggunakan enzim yang terkonjugasi serta alat dan reagen yang digunakannya pun secara prinsip sama dengan ELISA. Perbedaan keduanya terletak pada jenis substrat yang digunakan. Substrat yang digunakan untuk pengujian pada ELFA adalah asam p-hydroxyphenylacetic yang merupakan produk fluorescent yang stabil dan tidak dapat dipengaruhi oleh cahaya. ELFA memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ELISA karena sifat dari asam p-hydroxyphenylacetic yang lebih sensitif apabila mendeteksi antibodi sampel.
Enzim mengubah substrat menjadi hasil reaksi yang berfluoresensi ketika tereksitasi oleh cahaya dari panjang gelombang tertentu. Unit fluoresensi (foton cahaya yang dipancarkan) yang terdeteksi biasanya sebanding dengan jumlah analit yang diukur. Dibandingkan dengan ELISA, ELFA memperluas range uji dengan memungkinkan pembacaan yang sangat tinggi dengan mengukur secara akurat dibandingkan dengan batas OD 2,0 hingga 4,0.
Substrat fluorogenik dipilih untuk emisi kuantitatif cahaya. Tingkat emisi cahaya harus sebanding dengan jumlah enzim konjugat. Substrat harus stabil pada suhu kamar dan pada pencahayaan ruangan normal. Produk reaksi enzim-substrat yang dihasilkan juga harus memiliki panjang gelombang eksitasi dan emisi yang jelas terpisah dan substrat harus non-fluoresen.
ELFA rentan terhadap perubahan pH, suhu, konsentrasi ion, konsentrasi deterjen, pengeringan, matriks padat yang menyebabkan hamburan cahaya, pendinginan, dan masalah pemutihan. Komponen sampel, komponen pengencer (ion logam), bahan plate (jenis plastik yang digunakan) dan kontaminasi juga mempengaruhi ELFA.
EFLA untuk pengujian homogen pengenceran sampel merupakan langkah yang harus diperhatikan karena setiap zat yang mengganggu harus diencerkan sampai tingkat minimum. Zat-zat yang mengganggu hanya akan menghasilkan fluoresensi statis sedangkan reaksi uji spesifik akan bersifat kinetik dan mudah dilihat. Untuk pengujian heterogen, gangguan dari komponen sampel jarang menjadi masalah karena jenis pengujian ini menggunakan langkah pemisahan namun langkah pemisahan ini harus memadai untuk menghilangkan semua zat yang mengganggu sebelum penambahan substrat.
Pengujian ELFA ini harus menggunakan reagen berkualitas tinggi dan disarankan menggunakan membran 0,45 μm sebelum digunakan, microplate yang digunakan juga harus dari material non-autofluorescing. Plate dan strip yang dgunakan berwarna hitam agar hasil fluoresensi lebih terlihat.
Untuk mekanisme pengerjaan ELFA prinsipnya kurang lebih sama apabila dibandingkan dengan metode ELISA yang membedakannya hanya substrat saja yang memiliki zat pewarna fluorescent, microwell platenya juga harus memiliki warna yang gelap agar ketika diperiksa dalam mesin pembaca akan terlihat warna flourescentnya.
Referensi
Yolken, R. H dan Stopa, P. J. 1979. Enzyme-Linked Fluorescence Assay: Ultrasensitive SolidPhase Assay for Detection of Human Rotavirus. JOURNAL OF CLINICAL MICROBIOLOGY, 10 (3) : 317-321.
0 Komentar