WA 0813-8792-7402 | Human Leukocyte Antigen (HLA) dan Hubungannya dengan COVID-19

Penyakit COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2, penyakit ini mengakibatkan pandemi coronavirus di tahun 2019 sampai 2020. Orang yang menderita penyakit COVID-19 akan mengalami demam, batuk kering, dan kesulitan bernapas tetapi jarang ditemukan sakit tenggorokan, pilek, atau bersin-bersin. Saat ini belum ditemukan agen antivirus khusus yang memang ampuh sementara beberapa obat masih diteliti termasuk remdesivir dan lopinavir/ritonavir. Walau remdesivir dilaporkan memiliki efek potensial pada satu pasien COVID-19 dari Amerika Serikat, namun masih dilakukan uji coba terkontrol secara acak untuk menentukan keamanan dan kemanjurannya. Yang paling dibutuhkan sekarang adalah mencari alternatif pengobatan COVID-19 terutama untuk pasien yang mengalami gejala parah.

Para peneliti mulai mendalami berbagai macam metode yang kiranya dapat menangani COVID-19, salah satunya adalah Human Leukocyte Antigen (HLA). Human Leukocyte Antigen adalah kelompok protein yang terdiri lebih dari 200 gen yang dikelompokkan pada kromosom VI manusia dan membentuk Major Histocompatibility Complexes (MHC) yang membantu sistem kekebalan tubuh untuk mengetahui protein tubuh selain dari patogen seperti virus, bakteri, dan protozoa. Human Leukocyte Antigen termasuk dalam respon imun adaptif, HLA memiliki alel-alel yang memiliki fungsi dalam menjaga badan dari kerentaan terhadap suatu virus dan setiap individu memiliki komposisi alel yang berbeda-beda.

HLA class I memiliki peptida di dalam sel, HLA class II menghadirkan antigen dari di luar sel ke T-limfosit, HLA kelas III terletak di antara HLA kelas I dan kelas II yang mengkodekan komponen sistem komplemen dan tidak terlibat dalam respon imun adaptif. Kelas II dan Antigen Leukosit Manusia kelas II klasik (HLA) adalah kandidat utama untuk kerentanan penyakit infeksi.


Dalam penelitian Nguyen et al (2020) menunjukkan bahwa variasi genetik seseorang dapat menjelaskan perbedaan respon imun tubuh terhadap virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Variabilitas genetik di 3 gen Major Histocompatibility Complexes (MHC) class I Gen HLA A, B, dan C dapat mempengaruhi kerentanan seseorang dari tingkat keparahan COVID-19.

Analisis silico menggabungkan afinitas pengikatan peptida virus-MHC kelas I pada 145 gen HLA-A, -B, dan -C untuk semua peptida SARS-CoV-2. Hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa HLA-B memiliki peptida pengikat virus yang paling sedikit untuk SARS-CoV-2 dibandingkan ketiga HLA lainnya, hal ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki alel ini dapat mengekspresikan kerentanan tertentu terhadap COVID-19. HLA-B memiliki jumlah terbesar untuk memperlihatkan peptida SARS-CoV-2 yang berarti bahwa alel tersebut memiliki potensi untuk memungkinkan T-cross-protective kekebalan berbasis sel. 

Evaluasi data memperlihatkan secara umum tidak ada hubungan antara frekuensi alel HLA dalam jumlah dan kapasitas alel untuk mengikat peptida SARS-CoV atau SARS-CoV-2. HLA individu, haplotipe, dan variabilitas genotipe lengkap kemungkinan mempengaruhi kapasitas tubuh merespons infeksi SARS-CoV-2 dan tercatat alel tertentu dapat dikaitkan dengan lebih banyak infeksi akut seperti  pada SARS-CoV.

Referensi

Agarwal, R. K et al. 2017. The Case for High Resolution Extended 6-Loci HLA Typing for Identifying Related Donors in the Indian Subcontinent. Biology of Blood and Marrow Transplantation. 23 (9): 1592–1596.
Nguyen, A et al. 2020. Human Leukocyte Antigen Susceptibility Map for SARS-CoV-2. J. Virol.
Zhu, N et al. 2020. A Novel Coronavirus from Patients with Pneumonia in China, 2019. N Engl J Med. 382(8):727-733.